Senin, 30 April 2012

pendidikan anak berkebutuhan khusus


Pendidikan anak berkebutuhan khusus
                    Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat gand
Kesulitan belajar
Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan 
orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.
Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer(sementara)

 dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK temporermeliputi: anak-anak

 yang berada di


 lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal), anak-anak 

korban bencana

 alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang 

menjadi korban HIV-

AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen adalah anak-anak tunanetra, 

tunarungu,

 tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency andHiperactivity Disorders)


, Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.


Untuk menangani ABK tersebut dalam setting pendidikan inklusif di Indonesia, tentu 

memerlukan strategi

 khusus. Pendidikan inklusi mempunyai pengertian yang beragam.Stainback dan

 Stainback (1990)


 mengemukakan bahwa: sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di 

kelas yang 

sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi 

sesuai dengan 

kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan yang dapat 

diberikan oleh 

para guru agar anak-anak berhasil. Lebih dari itu, sekolah inklusi juga merupakan 

tempat setiap 

anak dapat diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan 

guru dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan 


individualnya dapat terpenuhi.Selanjutnya, Staub dan Peck (1995) menyatakan bahwa: pendidikan inklusi

adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di 

kelas reguler. Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan tempat belajar yang 

relevan bagi anak berkelainan, apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya.

 Sementara itu, Sapon-


Shevin (O’Neil, 1995) menyatakan bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem layanan

 pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah

sekolah terdekat, di kelas 

reguler bersama-sama teman seusianya. Oleh karena itu, ditekankan adanya 

perombakan sekolah, sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan 

kebutuhan khusus setiap anak, sehingga sumber belajar menjadi memadai dan mendapat 

dukungan dari semua pihak, yaitu para siswa, guru, orang tua, dan masyarakat 

sekitarnya.

Melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan dididik bersama-sama anak lainnya 

(normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya (Freiberg, 1995). Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak

 berkelainan yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas.

Dalam hal ini, ada empat strategi pokok yang diterapkan pemerintah, yaitu: peraturan 
perundang-undangan yang menyatakan jaminan kepada setiap warga negara Indonesia 
(termasuk ABK temporer dan permanen) untuk memperoleh pelayanan pendidikan, 
memasukkan aspek fleksibilitas dan aksesibilitas ke dalam sistem pendidikan pada jalur 
formal, nonformal, dan informal. Selain itu, menerapkan pendidikan berbasis teknologi 
informasi dan komunikasi (TIK) dan mengoptimalkan peranan guru.
Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:
1. Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra
Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal dari 
semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan, materi 
pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar dan evaluasi sehingga proses 
pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien. Beberapa hal yang dapat dijadikan 
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pembelajaran , antara lain:
*       Berdasarkan pengolahan pesan terdapat dua strategi yaitu strategi pembelajaran deduktif dan induktf.
*       Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaran ekspositorik dan
      heuristic.

*       Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi pembelajaran dengan seorang guru dan 
beregu.
*       Berdasarkan jumlah siswa yaitu strategi klasikal, kelompok kecil dan individual.
*       Beradsarkan interaksi guru dan siswa yaitu strategi tatap muka, dan melalui 
media.
Selain strategi yang telah disebutkan di atas, ada strategi lain yang dapat diterapkan yaitu 
strategi individualisasi, kooperatif dan modifikasi perilaku.
2. Strategi pembelajaran bagi anak berbakat

Strategi pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak 
tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam meneentukan strategi 
pembelajaran adalah :
1.       Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas.
2.       Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga mengembangkan
 kecerdasan emosional.
3.       Berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk.

Model-model layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan 
perkembangan kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus.
3. Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita

Strategi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum akan 
berbeda dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di sekolah luar biasa. Strategi 
yang dapat digunakan dalam mengajar anak tunagrahita antara lain;
1.       Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
2.       Strategi kooperatif
3.       Strategi modifikasi tingkah laku
4. Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa

Strategi yang bias diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat 
pendidikan, sebagai berikut:
1.       Pendidikan integrasi (terpadu)
2.       Pendidikan segresi (terpisah)
3.       Penataan lingkungan belajar
5. Strategi pembelajaran bagi anak tunalaras

Untuk memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan model-
model pendekatan sebagai berikut;
1.       Model biogenetic
2.       Model behavioral/tingkah laku
3.       Model psikodinamika
4.       Model ekologis
6. Strategi pembelajaran bagi anak dengan kesulitan belajar

1.       Anak berkesulitan belajar membaca yaitu melalui program delivery dan remedial 
teaching
2.       Anak berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remedial sesuai dengan tingkat
 kesalahan.
3.       Anak berkesulitan belajar berhitung yaitu melalui program remidi yang sistematis 
sesuai dengan urutan dari tingkat konkret, semi konkret dan tingkat abstrak.
7. Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu

Strategi yang biasa digunakan untuk anak tunarungu antara lain: strategi deduktif, induktif, 
heuristic, ekspositorik, klasikal, kelompok, individual, kooperatif dan modifikasi perilaku.
 KESIMPULAN

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “Anak 
Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus 
mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Karena 
karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan 
pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka. Anak 
berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer(sementara) dan
 permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK temporermeliputi: anak-anak 
yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan 
(anjal), anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau 
terpencil, serta anak-anak yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk 
kategori ABK permanen adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, 
tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency andHiperactivity Disorders), Anak 
Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.


SUMBER : WIKIPEDIA