Senin, 26 Maret 2012

orang yang berhak masuk surga ^^


Seseorang yang berhak masuk surga


Keinginan menjadi penghuni surga tidak cukup hanya
 berdo’a, tapi kita harus berusaha memiliki sifat dan amal 
calon penghuninya dan usaha itu sekarang dalam kehidupan 
kita di dunia ini.
1.  Memberi Makan.
Makan dan minum merupakan kebutuhan manusia yang harus 
dipenuhi oleh masing-masing orang, namun karena berbagai 
persoalan dalam kehidupan manusia, maka banyak orang
yang tidak bisa memenuhinya atau bisa memenuhi tapi tidak 
sesuai dengan standar kesehatan, karena itu, bila kita ingin 
mendapat jaminan masuk surga, salah satu yang harus kita 
lakukan dalam hidup ini adalah memberi makan kepada 
orang yang membutuhkannya.
Rasulullah saw bersabda: “Sembahlah Allah Yang Maha Rahman, berikanlah makan, tebarkanlah salam, niscaya kamu masuk surga dengan selamat ” (HR. Tirmidzi)
Di dalam hadits lain, Rasulullah saw juga bersabda: “Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang luamya dapat dilihat dari dalamnya dan dalamnya dapat dilihat dari luarnya, Allah menyediakannya bagi orang yang memberi makan, menebarkan salam dan shalat malam sementara orang-orang tidur ” (HR. Ibnu Hibban).
Terdapat pula hadits senada soal ini yang perlu kita perhatikan: “Di surga terdapat kamar-kamar yang luarnya dapat dilihat dari dalamnya dan dalamnya dapat dilihat dari luarnya”. Abu Malik Al Asy’ari berkata: “buat siapa wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Bagi orang yang berucap baik, memberi makan, dan di melalui malam dengan shalat sementara orang-orang tidur” (HR. Thabrani, Hakim, Bukhari dan Muslim).
Bahkan sahabat Abdullah bin Salam mendengar pesan Nabi kepada para sahabat yang berbunyi: “Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, sambunglah hubungan silaturrahim, shalatlah diwaktu malam sementara orang-orang tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat ” (HR. Tirmidzi, ibnu Majah dan Hakim).
2.  Menyambung Silaturrahim.
Hubungan antar sesama manusia harus dijalin dengan 
sebaik-baiknya, antara sesama saudara dalam iman, 
terutama yang berasal dari rahim ibu yang sama yang 
kemudian disebut dengan saudara dalam nasab.

Bila ini selalu kita perkokoh, maka di dalam hadits di atas, 
kita mendapatkan jaminan surga dari Rasulullah saw, 
sedangkan bila kita memutuskannya, maka kitapun terancam 
tidak masuk surga.
Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang suka memutuskan, Sufyan berkata dalam riwayatnya: yakni memutuskan tali persaudaraan ” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketika Rasulullah saw bertanya kepada pada sahabat tentang maukah aku beritahukan kepada kalian tentang orang yang akan menjadi penghuni surga? diantaranya beliau menjawab: Seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya di penjuru kota dengan ikhlas karena Allah ” (HR. Ibnu Asakir, Abu Na’im dan Nasa’i).

3.  Shalat Malam
Tempat terpuji di sisi Allah swt adalah surga yang penuh dengan kenikmatan yang tiada terkira, karenanya salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk bisa diberi tempat yang terpuji itu adalah dengan melaksanakan shalat tahajjud saat banyak manusia yang tertidur lelap, Allah swt berfirman: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji ” (QS Al Isra [17]:79).
Manakala seseorang sudah rajin melaksanakan shalat 
tahajjud, ia merasa menjadi seorang yang begitu dekat 
dengan Allah swt dan bukti kedekatannya itu adalah dengan 
tidak melakukan penyimpangan dari ketentuan Allah swt 
meskipun peluang untuk menyimpang sangat besar dan bisa 
jadi ia mendapatkan keuntungan duniawi yang banyak.

4. Memudahkan Orang Lain.
Dalam hidupnya, ada saat manusia mengalami kesenangan 
hidup dengan segala kemudahannya, namun pada saat lain 
bisa jadi ia mengalami kesulitan dan kesengsaraan.

Karena itu, sesama manusia idealnya bisa saling 
memudahkan, termasuk dalam jual beli. Manakala kita sudah 
bisa memudahkan orang lain, maka salah satu faktor yang 
membuat manusia mendapat jaminan surga telah diraihnya.

Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya seorang lelaki masuk  surga. Dia ditanya: “Apa yang dulu kamu kerjakan?”. Dia menjawab, dia ingat atau diingatkan, dia menjawab: “Aku berjual beli dengan manusia lalu aku memberi tempo kepada orang yang dalam kesulitan dan mempermudah urusan dengan pembayaran dengan dinar atau dirham”. Maka dia diampuni (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

Apabila dalam hidup ini kita suka memudahkan kesulitan 
yang dialami orang lain, maka kitapun akan mendapatkan 
kemudahan dalam kehidupan di dunia ini maupun di akhirat 
kelak.
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa memudahkan orang yang kesulitan, Allah memudahkannya di dunia dan akhirat ” (HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah).

5. Berjihad.

Islam merupakan agama yang harus disebarkan dan 
ditegakkan dalam kehidupan di dunia ini, bahkan ketika 
dengan sebab disebarkan dan ditegakkan itu ada pihak-pihak 
yang tidak menyukainya, lalu mereka memerangi kaum 
muslimin, maka setiap umat Islam harus memiliki semangat 
dan tanggungjawab untuk berjihad dengan pengorbanan harta 
dan jiwa sekalipun.

Manakala kaum muslimin mau berjihad, maka Allah swt menyediakan surga untuk siapa saja yang berjihad di jalan-Nya, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: “Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama Dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. dan mereka Itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. Allah telah menyediakan bagimereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” (QS At Taubah [9]:88-89).
Di dalam hadits, Rasulullah saw juga bersabda tentang jaminan Allah swt kepada orang yang berjihad dengan surga: Ada tiga orang yang semuanya dijamin Allah azza wajalla, yaitu: seorang lelaki yang pergi untuk berperang dijalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga Allah mewafatkannya, lalu memasukkannya ke surga dengan segala pahala atau harta rampasan perang yang diperolehnya. Dan seseorang yang pergi ke masjid, maka dia dijamin oleh Allah hingga Allah mewafatkannya lalu memasukkannya ke surga atau mengembalikannya dengan pahala atau harta yang diperolehnya; dan seseorang yang masuk ke rumahnya dengan mengucapkan salam, maka dia dijamin olehAllah azza wajalla (HR. Abu Daud).
Bahkan orang yang berjihad dan mati syahid meskipun dahulunya ia kafir dan pernah membunuh kaum muslimin dijamin masuk surga, Rasulullah saw bersabda: Allah tertawa kepada dua orang yang saling membunuh yang keduanya masuk surga. Para sahabat bertanya: “Bagaimana yang Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Yang satu (muslim) terbunuh (dalam peperangan) lalu masuk surga. Kemudian yang satunya lagi (kafir) taubatnya diterima oleh Allah ke dalam Islam, kemudian dia berjihad dijalan Allah lalu mati syahid (HR. Muslim dah Abu Hurairah ra).

6. Tidak Sombong.

Takabbur atau sombong adalah menganggap dirinya lebih 
dengan meremehkan orang lain, karenanya orang yang 
takabbur itu seringkali menolak kebenaran, apalagi bila 
kebenaran itu datang dari orang yang kedudukannya lebih 
rendah dari dirinya.
Oleh karena itu, bila kita mati dalam keadaan terbebas dari kesombongan amat mendapatkan jaminan masuk surga, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang mati dan ia terbebas dari tiga hal, yakni sombong, fanatisme dan utang, maka ia akan masuk surga ” (HR. Tirmidzi).
Takabbur merupakan salah sifat yang diwariskan oleh iblis laknatullah, dengan sebab itulah ia divonis berdosa dan akan dimasukkan ke neraka, Allah swt berfirman: Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “bersujudlah kamu kepada Adam”, maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang sujud. Allah berfirman: Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) diwaktu Aku menyuruhmu?. Iblis menjawab: aku lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. Allah berfirman: turunlah kamu dari syurga itu, karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina (QS Al A’raf[7]: 11-13, lihat pula QS Mukmin [40]: 60).
Manakala seseorang berlaku sombong, sangat kecil peluang baginya untuk bisa masuk ke dalam surga, di dalam hadits, Rasulullah saw bersabda:”Tidak masuk syurga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari sifat kesombongan ” (HR. Muslim).

7. Tidak Memiliki Fanatisme Yang Berlebihan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia termasuk kaum 
muslimin hidup dengan latar belakang yang berbeda-beda, 
termasuk latar belakang kelompok, baik karena kesukuan, 
kebangsaan maupun golongan-golongan ber-dasarkan 
organisasi maupun paham keagamaan dan partai politik, hal 
ini disebut dengan ashabiyah.

Para saha-bat seringkali dikelompokkan menjadi dua 
golongan, yakni Muhajirin (orang yang berhijrah dari 
Makkah ke Madinah) dan Anshar (orang Madinah yang 
memberi pertolongan kepada orang Makkah yang berhijrah). 
Pada dasarnya golongan-golongan itu tidak masalah selama 
tidak sampai pada fanatisme yang berlebihan sehingga tidak 
mengukur kemuliaan seseorang berdasarkan golongan.
Manakala seseorang memiliki fanatisme yang berlebihan 
terhadap golongan sehingga segala pertimbangan dan 
penilaian terhadap sesuatu berdasarkan golongannya, bukan 
berdasarkan nilai-nilai kebenaran, maka hal ini sudah tidak 
bisa dibenarkan, inilah yang disebut dengan ashabiyah yang 
sangat dilarang di dalam Islam.

Bila kita mati terbebas dari hal ini, dijamin masuk surga 
oleh Rasulullah saw dalam hadits di atas, namun tidak 
masuk surga seseorang yang mati dalam keadaan demikian, 
karena Rasulullah saw tidak mau mengakui orang yang 
demikian itu sebagai umatnya.
Hal ini terdapat dalam hadits Nabi saw: “Bukan golongan kamu orang yang menyeru kepada ashabiyah, bukan golongan kami orang yang berperang atas ashabiyah dan bukan golongan kami orang yang mati atas ashabiyah ” (HR. Abu Daud)

8. Terbebas Dari Utang.

Dalam hidup ini, manusia seringkali melakukan hubungan 
muamalah dengan sesamanya, salah satunya adalah 
transaksi jual beli. Namun dalam proses jual beli tidak selalu 
hal itu dilakukan secara tunai atau seseorang tidak punya 
uang padahal ia sangat membutuhkannya, maka iapun 
meminjam uang untuk bisa memenuhi kebutuhannya, inilah 
yang kemudian disebut dengan utang.
Sebagai manusia, apalagi sebagai muslim yang memiliki 
harga diri, sedapat mungkin utang itu tidak dilakukan, 
apalagi kalau tidak mampu membayarnya, kecuali memang 
sangat darurat, karena itu seorang muslim harus hati-hati 
dalam masalah utang.
Rasulullah saw bersabda: “Berhati-hatilah dalam berutang, sesungguhnya berutang itu suatu kesedihan pada malam hari dan kerendahan diri (kehinaan) pada siang hari ” (HR. Baihaki)
Namun apabila manusia yang berutang tidak mau 
memperhatikan atau tidak mau membayarnya, maka hal itu 
akan membawa keburukan bagi dirinya, apalagi dalam 
kehidupan di akhirat nanti.

Hal ini karena utang yang tidak dibayar akan menggerogoti 
nilai kebaikan seseorang yang dikakukannya di dunia, 
kecuali bila ia memang tidak mempunyai kemampuan untuk 
membayarnya.
Rasulullah saw bersabda: “Utang itu ada dua macam, barangsiapa yang mati meninggalkan utang, sedangkan ia berniat akan membayarnya, maka saya yang akan mengurusnya, dan barangsiapa yang mati, sedangkan ia tidak berniat akan membayarnya, maka pembayarannya akan diambil dari kebaikannya, karena di waktu itu tidak ada emas dan perak ” (HR. Thabrani).

9. Peka Terhadap Peringatan.

Peka terhadap peringatan membuat seseorang mudah 
menerima segala peringatan dan nasihat dari siapapun agar 
waspada terhadap segala bahaya dalam kehidupan di dunia 
dan akhirat, sikap ini merupakan sesuatu yang amat penting 
karena setiap manusia amat membutuhkan peringatan dari 
orang lain, karenanya orang seperti itu akan mudah 
menempuh jalan hidup yang benar sehingga mendapat 
jaminan akan masuk ke dalam surga.

Orang seperti ini digambarkan oleh Rasulullah saw sebagai orang yang berhati seperti burung sebagaimana disebutkan dalam sabdanya: “Akan masuk surga kelak kaum-kaum yang hati mereka seperti hati burung ” (HR. Ahmad dan Muslim).

10. Menahan Amarah
Al ghadhab atau marah merupakan salah satu sifat yang sangat berbahaya sehingga ia telah menghancurkan manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Ada beberapa bahaya dari sifat marah yang harus diwaspadai.
Pertama, merusak iman, karena semestinya bila seseorang sudah beriman dia akan memiliki akhlak yang mulia yang salah satunya adalah mampu mengendalikan dirinya sehingga tidak mudah marah kepada orang lain.
Rasulullah saw bersabda: “Marah itu dapat merusak iman seperti pahitnya jadam merusak manisnya madu ” (HR. Baihaki).
Kedua, mudah mendapatkan murka dari Allah swt terutama pada hari kiamat, karena itu pada saat kita hendak marah kepada orang lain mestinya kita segera mengingat Allah sehingga tidak melampiaskan kemarahan dengan hal-hal yang tidak benar.
Allah swt berfirman sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Qudsi:
Wahai anak Adam, ingatlah kepada-Ku ketika kamu marah. Maka Aku akan mengingatmu jika Aku sedang marah (pada hari akhir) “.
Ketiga, mudah marah juga akan mudah menyulut kemarahan orang lain sehingga hubungan kita kepada orang lain bisa menjadi renggang bahkan terputus sama sekali. Oleh karena itu, seseorang baru disebut sebagai orang yang kuat ketika ia mampu mengendalikan dirinya pada saat marah sehingga kemarahan itu dalam rangka kebenaran bukan dalam rangka kebathilan.
Rasulullah saw bersabda: “Orang kuat bukanlah yang dapat mengalahkan musuh, namun orang yang kuat adalah orang yang dapat mengontrol dirinya ketika marah ” (HR. Bukhari dan Muslim).
Apabila seseorang mampu menahan amarahnya, maka dia akan mendapatkan nilai keutamaan yang sangat besar dari Allah swt, dalam hal ini Rasulullah saw menyebutkan jaminan surga untuknya: “Janganlah engkau marah dan surga bagimu ” (HR. Ibnu Abid Dunya dan Thabrani).

11. Ikhlas Menerima Kematian Anak dan OrangYangDicintai.

Setiap orang yang berumah tangga pasti mendambakan 
punya anak, karena anak itu menjadi harapan masa depan 
dan kesinambungan keluarga. Karenanya bahagia sekali 
seseorang bila dikaruniai anak, baik laki maupun perempuan.

Karena itu saat anak lagi disayang dan amat diharapkan 
untuk mencapai masa depan yang baik tapi tiba-tiba 
meninggal dunia, maka banyak orang tua yang tidak ikhlas 
menerima kenyataan itu. Bila sebagai orang tua kita ikhlas 
menerima kematian anak, maka hal ini bisa memberi 
jaminan kepada kita untuk bisa masuk surga.

Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah mati tiga anak seseorang, lalu dia merelakannya (karena Allah) kecuali dia rnasuk surga”. Seorang wanita bertanya: “atau dua orang anak juga, wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab: “atau dua anak” (HR. Muslim).
Meskipun demikian, sedih atas kematian anak tetap boleh dirasakan karena tidak mungkin rasanya kematian anggota keluarga tanpa kesedihan, Rasulullah saw sendiri amat sedih atas kematian anaknya, namun kesedihan yang tidak boleh berlebihan seperti meratap.
Dalam suatu hadits dijelaskan: Anas ra berkata: Ketika Rasulullah saw masuk melihat Ibrahim (puteranya) yang sedang menghembuskan nafasnya yang terakhir, maka kedua mata Rasulullah saw bertinang-linang ketika ia wafat, sehingga tampak air mata mengalir di muka beliau. Abdurrahman bin Auf berkata: “Engkau demikianjuga ya Rasulullah?”. Jawab Nabi: “Sesungguhnya ini sebagai tanda rahmat dan belas kasihan”, Lalu beliaubersabda: “Mata berlinang dan hati merasa sedih, tapi kami tidak berkata kecuali yang diridhai Tuhan dan kami sungguh berduka cita karena berpisah denganmu hai Ibrahim (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Di dalam hadits lain, jaminan surga juga diberikan Allah swt kepada orang yang ridha menerima kematian orang yang dicintainya dalam kehidupan di dunia ini.
Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda dalam hadits qudsi: “Tidak ada pembalasan dari bagi seorang hamba-Ku yang percaya, jika Aku mengambil kekasihnya di dunia, kemudian ia ridha dan berserah kepada-Ku, melainkan surga ” (HR. Bukhari).

12. Bersaksi Atas Kebenaran Al-Qur’an.

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang tidak perlu diragukan 
lagi kebenarannya oleh setiap muslim, namun kenyataan 
menunjukkan tidak semua muslim mau bersaksi dalam arti 
menjadi pembela kebenaran Al-Qur’an dari orang yang 
menentang dan meragukannya, bahkan tidak sedikit muslim 
yang akhimya larut dengan upaya kalangan non muslim yang 
berusaha meragukan kebenaran mutlak Al-Qur’an.

Bersaksi atas kebenaran Al-Qur’an juga harus ditunjukkan 
dengan penyebaran nilai-nilainya dalam kehidupan 
masyarakat dan yang lebih penting lagi adalah kebenaran 
Al-Qur’an itu ditunjukkan dalam sikap dan prilakunya 
sehari-hari.

Orang seperti inilah yang mendapat jaminan masuk surga 
oleh Allah swt sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: Dan apabila mereka mende-ngarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari Kitab-Kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan Kami, Kami telah beriman, Maka catatlah Kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Ouran dan kenabian Muhammad saw). Mengapa Kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada Kami, Padahal Kami sangat ingin agar Tuhan Kami memasukkan Kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh ?”. Maka Allah memberi mereka pahala terhadap Perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya).(QS. Al-Maidah: 5]: 83-85).

13. Berbagi Kepada Orang Lain.

Banyak kebaikan yang harus kita lakukan dalam hidup ini 
sehingga kebaikan-kebaikan yang kita laksanakan itu 
membuat kita menjadi manusia yang dirasakan manfaat 
keberadaan kita bagi orang lain sehingga apapun yang kita 
miliki memberi manfaat yang besar bagi orang lain apalagi 
bila hal itu memang amat dibutuhkan oleh manusia.

Salah satunya adalah bila seseorang memberikan binatang 
ternak yang dimiliki seperti kambing untuk kemudian 
dinikmati susu-nya oleh banyak orang. Bila ini dilakukan, 
jaminan surga dijanjikan oleh Allah swt
Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah saw: “Empat puluh kebaikan yang paling tinggi adalah pemberian seekor kambing yang diperah susunya. Tidak seorangpun yang melakukan salah satu darinya dengan mengharapkan pahala dan membenarkan apa yang dijanjikan karenanya, kecuali Allah memasukkannya ke dalam surga ” (HR. Bukhari).

14. Hakim Yang Benar.

Dalam hidup ini banyak sekali perkara antar manusia yang 
harus diselesaikan secara hukum sehingga diperlukan 
pengadilan yang mampu memutuskan perkara secara adil, 
untuk itu diperlukan hakim yang adil dan bijaksana sehingga 
ia bisa memutuskan perkara dengan sebaik-baiknya. Bila 
ada hakim yang baik, maka ia akan mendapat jaminan bisa 
masuk ke dalam surga.
Rasulullah saw bersabda: Hakim-hakim itu ada tiga golongan, dua golongan di neraka dan satu golongan di surga: Orang yang mengetahui yang benar lalu memutus dengannya, maka dia di surga. Orang yang memberikan keputusan kepada orang-orang di atas kebodohan, maka dia itu di neraka dan orang yang mengetahui yang benar lalu dia menyeleweng dalam memberikan keputusan, maka dia di neraka (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’l, Ibnu Majah dan Hakim).

Oleh karena itu, ketika seorang muslim menjadi hakim, maka ia harus menjadi hakim yang benar, yakni hakim yang 
tahu tentang kebenaran dan ia memutuskan perkara secara 
benar.
Allah swt berfirman: Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, danjanganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat (QS An Nisa [4]:105).
Mudahan-mudahan kita termasuk orang yang mau berusaha untuk bisa masuk ke dalam surga.
Sumber : Khairu Ummah, Edisi 9, 12, dan 14 Tahun XVIII – Februari 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar