Rabu, 23 Mei 2012

Bermain ketika masa Kanak kanak awal (Early Childhood) ^^

Bermain sangat berkontribusi bagi semua bidang dalam perkembangan anak. Melalui bermain, anak-anak dapat lebih merangsang indera mereka, belajar bagaimana menggunakan otot-otot mereka, meyelaraskan penglihatan dengan gerakan, dan memperoleh kemampuan-kemampuan baru. Misalnya, ketika anak-anak bermain dengan komputer, mereka belajar cara-cara baru untuk berpikir. Ketika mereka bekerjasama untuk membangun istana pasir di pantai, mereka belajar kemampuan-kemampuan sosial.

Anak-anak tertentu mempunyai gaya-gaya bermain yang berbeda, dan mereka bermain dengan benda atau objek yang berbeda. Kategori-kategori bemain anak-anak dalam penelitian terbagi menurut kontennya ( apa yang dilakukan anak-anak ketika bermain ) dan menurut dimensi sosialnya ( apakah mereka bermain sendiri atau bersama orang lain ).



Level Kognitif Piaget:

·    1.   Functional play

Melibatkan gerakan-gerakan otot ( misalnya rolling atau menggulingkan bola )

·     2.  Constructive play

Menggunakan benda-benda untuk membuat sesuatu, seperti rumah blok atau puzzle

·     3.   Pretend play

Disebut juga permainan fantasi, dramatik, atau imajinasi, yang menggunakan fungsi-fungsi simbolik. Melibatkan kombinasi dari kognisi, emosi, bahasa, dan perilaku sensorimotor yang dapat memperkuat koneksi-koneksi di otak dan memperkuat kapasitas berpikir abstrak.


Dimensi Sosial dalam Bermain 

Parten’s Categories of Social and Nonsocial Play

·    
     1.    Unoccupied behavior
Anak-anak kelihatan tidak seperti bermain, tetapi memperhatikan segala sesuatu yang menarik bagi mereka

·   2.    Onlooker behavior
Anak-anak menghabiskan waktu mereka untuk mengamati anak-anak yang lain bermain. Mereka berbicara kepada mereka, bertanya, tetapi tidak ikut bermain. Mereka mengamati kelompok anak-anak tertentu.

·    3.   Solitary independent play
Anak-anak bermain sendirian dengan mainan

·    4.   Parallel play
Anak-anak bermain secara independen dari anak-anak yang lain, bermain dengan mainan seperti yang digunakan anak yang lain, tetapi tidak perlu bermain dengan cara yang sama seperti anak yang lain. Mereka bermain disamping anak yang lain daripada ikut bermain  dengan mereka, dan tidak mencoba untuk mempengaruhi anak-anak lain yang sedang bermain

·    5.   Associative play
Anak-anak bermain dengan anak yang lain. Mereka berbicara tentang permainan mereka, saling meminjam mainan, dan mencoba mengontrol siapa yang boleh bermain di dalam kelompok. Semua anak-anak bermain dengan mirip dan tidak identik, tidak ada pembagian tugas dan peraturan untuk suatu target. Masing-masing anak berperilaku menurut keinginan mereka sendiri.

·    6.   Cooperative or organized
Anak-anak bermain dalam suatu kelompok yang terorganisir untuk beberapa tujuan, untuk membuat sesuatu, bermain game formal, atau sebuah situasi drama. Satu atau dua anak mengontrol siapa yang masuk ke dalam kelompok dan aktifitas langsung, dan ada pembagian tugas.



Pengaruh Gender dalam Bermain



Ketika anak laki-laki dan anak perempuan bermain dengan mainan yang sama, mereka lebih cenderung bermain secara sosial dengan yang berjenis kelamin sama. Secara umum, anak laki-laki dan anak perempuan berbeda dalam bermain. Kebanyakan anak laki-laki bermain dengan aktif dan agresif, sedangkan anak perempuan lebih tenang, lebih harmonis dengan teman-teman bermainnya. Anak laki-laki bermain secara spontan di trotoar, jalan, atau tempat-tempat lainnya, sedangkan anak perempuan lebih terstruktur. Semua kecendrungan tersebut akan lebih kuat ketika anak-anak bermain di dalam suatu kelompok. 



Pengaruh kebudayaan dalam Bermain



Setiap kebudayaan berpengaruh terhadap gaya bermain anak-anak yang ada dalam kebudayaan tersebut, yang diturunkan secara turun-temurun dan memiliki nilai-nilai budaya.

Sebuah penelitian membandingkan 48 anak-anak Korean American dan Anglo American pada masa preschool. Anak-anak Anglo American mempunyai nilai-nilai budaya American, yang lebih menekankan kepada kebebasan berpikir, problem solving, dan aktivitas-aktivitas aktif dalam pembelajaran. Sedangkan anak-anak Korean Amerikan mempunyai nilai-nilai tradisional Korean, yang lebih menekankan pada perkembangan kemampuan akademik dan penyelesaian terhadap suatu tugas. Anak-anak Korean American bermain dengan lebih kooperatif, sering menawarkan mainan kepada anak-anak yang lain, hal tersebut mencerminkan nilai-nilai budaya mereka di dalam kelompok yang harmonis. Anak-anak Anglo American lebih agresif dan sering memberikan respon negatif kepada anak-anak yang lain, hal tersebut mencerminkan nilai-nilai kompetitif dari budaya mereka.




SUMBER : Refrensi dari Development Psychology oleh JW Santrock
^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar