Bermain sangat
berkontribusi bagi semua bidang dalam perkembangan anak. Melalui bermain,
anak-anak dapat lebih merangsang indera mereka, belajar bagaimana menggunakan
otot-otot mereka, meyelaraskan penglihatan dengan gerakan, dan memperoleh
kemampuan-kemampuan baru. Misalnya, ketika anak-anak bermain dengan komputer,
mereka belajar cara-cara baru untuk berpikir. Ketika mereka bekerjasama untuk
membangun istana pasir di pantai, mereka belajar kemampuan-kemampuan sosial.
Anak-anak
tertentu mempunyai gaya-gaya bermain yang berbeda, dan mereka bermain dengan
benda atau objek yang berbeda. Kategori-kategori bemain anak-anak dalam
penelitian terbagi menurut kontennya ( apa yang dilakukan anak-anak ketika bermain
) dan menurut dimensi sosialnya ( apakah mereka bermain sendiri atau bersama
orang lain ).
Level Kognitif Piaget:
· 1. Functional play
Melibatkan
gerakan-gerakan otot ( misalnya rolling atau menggulingkan bola )
· 2. Constructive play
Menggunakan
benda-benda untuk membuat sesuatu, seperti rumah blok atau puzzle
· 3. Pretend play
Disebut
juga permainan fantasi, dramatik, atau imajinasi, yang menggunakan
fungsi-fungsi simbolik. Melibatkan kombinasi dari kognisi, emosi, bahasa, dan
perilaku sensorimotor yang dapat memperkuat koneksi-koneksi di otak dan
memperkuat kapasitas berpikir abstrak.
Dimensi
Sosial dalam Bermain
Parten’s Categories of Social and
Nonsocial Play
·
1. Unoccupied behavior
1. Unoccupied behavior
Anak-anak
kelihatan tidak seperti bermain, tetapi memperhatikan segala sesuatu yang
menarik bagi mereka
· 2. Onlooker behavior
Anak-anak
menghabiskan waktu mereka untuk mengamati anak-anak yang lain bermain. Mereka
berbicara kepada mereka, bertanya, tetapi tidak ikut bermain. Mereka mengamati kelompok
anak-anak tertentu.
· 3. Solitary independent
play
Anak-anak
bermain sendirian dengan mainan
· 4. Parallel play
Anak-anak
bermain secara independen dari anak-anak yang lain, bermain dengan mainan
seperti yang digunakan anak yang lain, tetapi tidak perlu bermain dengan cara
yang sama seperti anak yang lain. Mereka bermain disamping anak yang lain daripada
ikut bermain dengan mereka, dan tidak
mencoba untuk mempengaruhi anak-anak lain yang sedang bermain
· 5. Associative play
Anak-anak
bermain dengan anak yang lain. Mereka berbicara tentang permainan mereka,
saling meminjam mainan, dan mencoba mengontrol siapa yang boleh bermain di
dalam kelompok. Semua anak-anak bermain dengan mirip dan tidak identik, tidak
ada pembagian tugas dan peraturan untuk suatu target. Masing-masing anak
berperilaku menurut keinginan mereka sendiri.
· 6. Cooperative or
organized
Anak-anak
bermain dalam suatu kelompok yang terorganisir untuk beberapa tujuan, untuk
membuat sesuatu, bermain game formal, atau sebuah situasi drama. Satu atau dua anak
mengontrol siapa yang masuk ke dalam kelompok dan aktifitas langsung, dan ada
pembagian tugas.
Pengaruh
Gender dalam Bermain
Ketika anak
laki-laki dan anak perempuan bermain dengan mainan yang sama, mereka lebih
cenderung bermain secara sosial dengan yang berjenis kelamin sama. Secara umum,
anak laki-laki dan anak perempuan berbeda dalam bermain. Kebanyakan anak
laki-laki bermain dengan aktif dan agresif, sedangkan anak perempuan lebih
tenang, lebih harmonis dengan teman-teman bermainnya. Anak laki-laki bermain
secara spontan di trotoar, jalan, atau tempat-tempat lainnya, sedangkan anak
perempuan lebih terstruktur. Semua kecendrungan tersebut akan lebih kuat ketika
anak-anak bermain di dalam suatu kelompok.
Pengaruh
kebudayaan dalam Bermain
Setiap kebudayaan
berpengaruh terhadap gaya bermain anak-anak yang ada dalam kebudayaan tersebut,
yang diturunkan secara turun-temurun dan memiliki nilai-nilai budaya.
Sebuah
penelitian membandingkan 48 anak-anak Korean American dan Anglo American pada
masa preschool. Anak-anak Anglo American mempunyai nilai-nilai budaya American,
yang lebih menekankan kepada kebebasan berpikir, problem solving, dan
aktivitas-aktivitas aktif dalam pembelajaran. Sedangkan anak-anak Korean
Amerikan mempunyai nilai-nilai tradisional Korean, yang lebih menekankan pada
perkembangan kemampuan akademik dan penyelesaian terhadap suatu tugas.
Anak-anak Korean American bermain dengan lebih kooperatif, sering menawarkan
mainan kepada anak-anak yang lain, hal tersebut mencerminkan nilai-nilai budaya
mereka di dalam kelompok yang harmonis. Anak-anak Anglo American lebih agresif
dan sering memberikan respon negatif kepada anak-anak yang lain, hal tersebut
mencerminkan nilai-nilai kompetitif dari budaya mereka.
SUMBER : Refrensi dari Development Psychology oleh JW Santrock
^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar