Seseorang yang berhak masuk surga
Keinginan menjadi
penghuni surga tidak cukup hanya
berdo’a, tapi kita harus berusaha memiliki
sifat dan amal
calon penghuninya dan usaha itu sekarang dalam kehidupan
kita di
dunia ini.
1. Memberi Makan.
Makan dan minum
merupakan kebutuhan manusia yang harus
dipenuhi oleh masing-masing orang, namun
karena berbagai
persoalan dalam kehidupan manusia, maka banyak orang
yang tidak
bisa memenuhinya atau bisa memenuhi tapi tidak
sesuai dengan standar kesehatan,
karena itu, bila kita ingin
mendapat jaminan masuk surga, salah satu yang harus
kita
lakukan dalam hidup ini adalah memberi makan kepada
orang yang membutuhkannya.
Rasulullah saw bersabda: “Sembahlah Allah Yang Maha Rahman,
berikanlah makan, tebarkanlah salam, niscaya kamu masuk surga dengan selamat ” (HR. Tirmidzi)
Di dalam hadits lain, Rasulullah saw juga bersabda: “Sesungguhnya
di surga terdapat kamar-kamar yang luamya dapat dilihat dari dalamnya dan
dalamnya dapat dilihat dari luarnya, Allah menyediakannya bagi orang yang
memberi makan, menebarkan salam dan shalat malam sementara orang-orang tidur ” (HR. Ibnu Hibban).
Terdapat pula hadits senada soal ini yang perlu kita perhatikan: “Di
surga terdapat kamar-kamar yang luarnya dapat dilihat dari dalamnya dan
dalamnya dapat dilihat dari luarnya”. Abu Malik Al Asy’ari berkata: “buat siapa
wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Bagi orang yang berucap baik, memberi
makan, dan di melalui malam dengan shalat sementara orang-orang tidur” (HR. Thabrani, Hakim, Bukhari dan Muslim).
Bahkan sahabat Abdullah bin Salam mendengar pesan Nabi kepada para sahabat
yang berbunyi: “Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan,
sambunglah hubungan silaturrahim, shalatlah diwaktu malam sementara orang-orang
tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat ” (HR. Tirmidzi, ibnu Majah dan Hakim).
2. Menyambung Silaturrahim.
Hubungan antar sesama
manusia harus dijalin dengan
sebaik-baiknya, antara sesama saudara dalam iman,
terutama yang berasal dari rahim ibu yang sama yang
kemudian disebut dengan
saudara dalam nasab.
Bila ini selalu kita
perkokoh, maka di dalam hadits di atas,
kita mendapatkan jaminan surga dari
Rasulullah saw,
sedangkan bila kita memutuskannya, maka kitapun terancam
tidak
masuk surga.
Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang suka
memutuskan, Sufyan berkata dalam riwayatnya: yakni memutuskan tali persaudaraan ” (HR. Bukhari dan Muslim).
“Ketika Rasulullah
saw bertanya kepada pada sahabat tentang maukah aku beritahukan kepada kalian
tentang orang yang akan menjadi penghuni surga? diantaranya beliau menjawab:
Seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya di penjuru kota dengan ikhlas
karena Allah ” (HR. Ibnu
Asakir, Abu Na’im dan Nasa’i).
3. Shalat Malam
Tempat terpuji di sisi Allah swt adalah surga yang penuh dengan kenikmatan
yang tiada terkira, karenanya salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk bisa
diberi tempat yang terpuji itu adalah dengan melaksanakan shalat tahajjud saat
banyak manusia yang tertidur lelap, Allah swt berfirman: “Dan pada
sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji ” (QS Al Isra [17]:79).
Manakala seseorang
sudah rajin melaksanakan shalat
tahajjud, ia merasa menjadi seorang yang begitu
dekat
dengan Allah swt dan bukti kedekatannya itu adalah dengan
tidak melakukan
penyimpangan dari ketentuan Allah swt
meskipun peluang untuk menyimpang sangat
besar dan bisa
jadi ia mendapatkan keuntungan duniawi yang banyak.
4. Memudahkan Orang Lain.
Dalam hidupnya, ada
saat manusia mengalami kesenangan
hidup dengan segala kemudahannya, namun pada
saat lain
bisa jadi ia mengalami kesulitan dan kesengsaraan.
Karena itu, sesama
manusia idealnya bisa saling
memudahkan, termasuk dalam jual beli. Manakala
kita sudah
bisa memudahkan orang lain, maka salah satu faktor yang
membuat
manusia mendapat jaminan surga telah diraihnya.
Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya seorang lelaki masuk
surga. Dia ditanya: “Apa yang dulu kamu kerjakan?”. Dia menjawab, dia ingat
atau diingatkan, dia menjawab: “Aku berjual beli dengan manusia lalu aku
memberi tempo kepada orang yang dalam kesulitan dan mempermudah urusan dengan
pembayaran dengan dinar atau dirham”. Maka dia diampuni (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
Apabila dalam hidup ini
kita suka memudahkan kesulitan
yang dialami orang lain, maka kitapun akan
mendapatkan
kemudahan dalam kehidupan di dunia ini maupun di akhirat
kelak.
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa memudahkan orang yang
kesulitan, Allah memudahkannya di dunia dan akhirat ” (HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
5. Berjihad.
Islam merupakan agama
yang harus disebarkan dan
ditegakkan dalam kehidupan di dunia ini, bahkan
ketika
dengan sebab disebarkan dan ditegakkan itu ada pihak-pihak
yang tidak
menyukainya, lalu mereka memerangi kaum
muslimin, maka setiap umat Islam harus
memiliki semangat
dan tanggungjawab untuk berjihad dengan pengorbanan harta
dan
jiwa sekalipun.
Manakala kaum muslimin mau berjihad, maka Allah swt menyediakan surga untuk
siapa saja yang berjihad di jalan-Nya, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
“Tetapi Rasul
dan orang-orang yang beriman bersama Dia, mereka berjihad dengan harta dan diri
mereka. dan mereka Itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka
Itulah orang-orang yang beruntung. Allah telah menyediakan bagimereka surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah
kemenangan yang besar” (QS At Taubah [9]:88-89).
Di dalam hadits, Rasulullah saw juga bersabda tentang jaminan Allah swt
kepada orang yang berjihad dengan surga: Ada tiga orang yang semuanya
dijamin Allah azza wajalla, yaitu: seorang lelaki yang pergi untuk berperang
dijalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga Allah mewafatkannya, lalu
memasukkannya ke surga dengan segala pahala atau harta rampasan perang yang
diperolehnya. Dan seseorang yang pergi ke masjid, maka dia dijamin oleh Allah
hingga Allah mewafatkannya lalu memasukkannya ke surga atau mengembalikannya
dengan pahala atau harta yang diperolehnya; dan seseorang yang masuk ke
rumahnya dengan mengucapkan salam, maka dia dijamin olehAllah azza wajalla (HR. Abu Daud).
Bahkan orang yang berjihad dan mati syahid meskipun dahulunya ia kafir dan
pernah membunuh kaum muslimin dijamin masuk surga, Rasulullah saw bersabda: Allah
tertawa kepada dua orang yang saling membunuh yang keduanya masuk surga. Para
sahabat bertanya: “Bagaimana yang Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Yang satu
(muslim) terbunuh (dalam peperangan) lalu masuk surga. Kemudian yang satunya
lagi (kafir) taubatnya diterima oleh Allah ke dalam Islam, kemudian dia
berjihad dijalan Allah lalu mati syahid (HR.
Muslim dah Abu Hurairah ra).
6. Tidak Sombong.
Takabbur atau sombong
adalah menganggap dirinya lebih
dengan meremehkan orang lain, karenanya orang
yang
takabbur itu seringkali menolak kebenaran, apalagi bila
kebenaran itu
datang dari orang yang kedudukannya lebih
rendah dari dirinya.
Oleh karena itu, bila kita mati dalam keadaan terbebas dari kesombongan
amat mendapatkan jaminan masuk surga, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa
yang mati dan ia terbebas dari tiga hal, yakni sombong, fanatisme dan utang,
maka ia akan masuk surga ” (HR. Tirmidzi).
Takabbur merupakan salah sifat yang diwariskan oleh iblis laknatullah,
dengan sebab itulah ia divonis berdosa dan akan dimasukkan ke neraka, Allah swt
berfirman: Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk
tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “bersujudlah kamu kepada
Adam”, maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang
sujud. Allah berfirman: Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam)
diwaktu Aku menyuruhmu?. Iblis menjawab: aku lebih baik daripadanya, Engkau
ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. Allah berfirman:
turunlah kamu dari syurga itu, karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri
di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina (QS Al A’raf[7]: 11-13, lihat pula QS Mukmin [40]:
60).
Manakala seseorang berlaku sombong, sangat kecil peluang baginya untuk bisa
masuk ke dalam surga, di dalam hadits, Rasulullah saw bersabda:”Tidak masuk
syurga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari sifat
kesombongan ” (HR. Muslim).
7. Tidak Memiliki Fanatisme Yang Berlebihan.
Tidak bisa dipungkiri
bahwa manusia termasuk kaum
muslimin hidup dengan latar belakang yang
berbeda-beda,
termasuk latar belakang kelompok, baik karena kesukuan,
kebangsaan
maupun golongan-golongan ber-dasarkan
organisasi maupun paham keagamaan dan
partai politik, hal
ini disebut dengan ashabiyah.
Para saha-bat
seringkali dikelompokkan menjadi dua
golongan, yakni Muhajirin (orang yang
berhijrah dari
Makkah ke Madinah) dan Anshar (orang Madinah yang
memberi
pertolongan kepada orang Makkah yang berhijrah).
Pada dasarnya
golongan-golongan itu tidak masalah selama
tidak sampai pada fanatisme yang
berlebihan sehingga tidak
mengukur kemuliaan seseorang berdasarkan golongan.
Manakala seseorang
memiliki fanatisme yang berlebihan
terhadap golongan sehingga segala
pertimbangan dan
penilaian terhadap sesuatu berdasarkan golongannya, bukan
berdasarkan nilai-nilai kebenaran, maka hal ini sudah tidak
bisa dibenarkan,
inilah yang disebut dengan ashabiyah yang
sangat dilarang di dalam Islam.
Bila kita mati terbebas
dari hal ini, dijamin masuk surga
oleh Rasulullah saw dalam hadits di atas,
namun tidak
masuk surga seseorang yang mati dalam keadaan demikian,
karena
Rasulullah saw tidak mau mengakui orang yang
demikian itu sebagai umatnya.
Hal ini terdapat dalam hadits Nabi saw: “Bukan golongan kamu orang yang menyeru
kepada ashabiyah, bukan golongan kami orang yang berperang atas ashabiyah dan
bukan golongan kami orang yang mati atas ashabiyah ” (HR. Abu Daud)
8. Terbebas Dari Utang.
Dalam hidup ini,
manusia seringkali melakukan hubungan
muamalah dengan sesamanya, salah satunya
adalah
transaksi jual beli. Namun dalam proses jual beli tidak selalu
hal itu
dilakukan secara tunai atau seseorang tidak punya
uang padahal ia sangat
membutuhkannya, maka iapun
meminjam uang untuk bisa memenuhi kebutuhannya,
inilah
yang kemudian disebut dengan utang.
Sebagai manusia,
apalagi sebagai muslim yang memiliki
harga diri, sedapat mungkin utang itu
tidak dilakukan,
apalagi kalau tidak mampu membayarnya, kecuali memang
sangat
darurat, karena itu seorang muslim harus hati-hati
dalam masalah utang.
Rasulullah saw bersabda: “Berhati-hatilah dalam berutang,
sesungguhnya berutang itu suatu kesedihan pada malam hari dan kerendahan diri
(kehinaan) pada siang hari ” (HR. Baihaki)
Namun apabila manusia
yang berutang tidak mau
memperhatikan atau tidak mau membayarnya, maka hal itu
akan membawa keburukan bagi dirinya, apalagi dalam
kehidupan di akhirat nanti.
Hal ini karena utang
yang tidak dibayar akan menggerogoti
nilai kebaikan seseorang yang dikakukannya
di dunia,
kecuali bila ia memang tidak mempunyai kemampuan untuk
membayarnya.
Rasulullah saw bersabda: “Utang itu ada dua macam, barangsiapa
yang mati meninggalkan utang, sedangkan ia berniat akan membayarnya, maka saya
yang akan mengurusnya, dan barangsiapa yang mati, sedangkan ia tidak berniat
akan membayarnya, maka pembayarannya akan diambil dari kebaikannya, karena di
waktu itu tidak ada emas dan perak ”
(HR. Thabrani).
9. Peka Terhadap Peringatan.
Peka terhadap
peringatan membuat seseorang mudah
menerima segala peringatan dan nasihat dari
siapapun agar
waspada terhadap segala bahaya dalam kehidupan di dunia
dan
akhirat, sikap ini merupakan sesuatu yang amat penting
karena setiap manusia
amat membutuhkan peringatan dari
orang lain, karenanya orang seperti itu akan
mudah
menempuh jalan hidup yang benar sehingga mendapat
jaminan akan masuk ke
dalam surga.
Orang seperti ini digambarkan oleh Rasulullah saw sebagai orang yang
berhati seperti burung sebagaimana disebutkan dalam sabdanya: “Akan
masuk surga kelak kaum-kaum yang hati mereka seperti hati burung ” (HR. Ahmad dan Muslim).
10. Menahan Amarah
Al ghadhab atau marah merupakan salah satu sifat yang sangat
berbahaya sehingga ia telah menghancurkan manusia, baik secara pribadi maupun
kelompok. Ada beberapa bahaya dari sifat marah yang harus diwaspadai.
Pertama, merusak iman, karena semestinya bila seseorang sudah beriman dia akan
memiliki akhlak yang mulia yang salah satunya adalah mampu mengendalikan
dirinya sehingga tidak mudah marah kepada orang lain.
Rasulullah saw bersabda: “Marah itu dapat merusak iman seperti
pahitnya jadam merusak manisnya madu ”
(HR. Baihaki).
Kedua, mudah mendapatkan murka dari Allah swt terutama pada hari kiamat, karena
itu pada saat kita hendak marah kepada orang lain mestinya kita segera
mengingat Allah sehingga tidak melampiaskan kemarahan dengan hal-hal yang tidak
benar.
Allah swt berfirman sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Qudsi:
“Wahai anak Adam, ingatlah kepada-Ku ketika kamu marah. Maka Aku akan mengingatmu jika Aku sedang marah (pada hari akhir) “.
“Wahai anak Adam, ingatlah kepada-Ku ketika kamu marah. Maka Aku akan mengingatmu jika Aku sedang marah (pada hari akhir) “.
Ketiga, mudah marah juga akan mudah menyulut kemarahan orang lain sehingga
hubungan kita kepada orang lain bisa menjadi renggang bahkan terputus sama
sekali. Oleh karena itu, seseorang baru disebut sebagai orang yang kuat ketika
ia mampu mengendalikan dirinya pada saat marah sehingga kemarahan itu dalam
rangka kebenaran bukan dalam rangka kebathilan.
Rasulullah saw bersabda: “Orang kuat bukanlah yang dapat
mengalahkan musuh, namun orang yang kuat adalah orang yang dapat mengontrol
dirinya ketika marah ” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Apabila seseorang mampu menahan amarahnya, maka dia akan mendapatkan nilai
keutamaan yang sangat besar dari Allah swt, dalam hal ini Rasulullah saw
menyebutkan jaminan surga untuknya: “Janganlah engkau marah dan surga bagimu ” (HR. Ibnu Abid Dunya dan Thabrani).
11. Ikhlas Menerima Kematian Anak dan OrangYangDicintai.
Setiap orang yang
berumah tangga pasti mendambakan
punya anak, karena anak itu menjadi harapan
masa depan
dan kesinambungan keluarga. Karenanya bahagia sekali
seseorang bila
dikaruniai anak, baik laki maupun perempuan.
Karena itu saat anak
lagi disayang dan amat diharapkan
untuk mencapai masa depan yang baik tapi
tiba-tiba
meninggal dunia, maka banyak orang tua yang tidak ikhlas
menerima
kenyataan itu. Bila sebagai orang tua kita ikhlas
menerima kematian anak, maka
hal ini bisa memberi
jaminan kepada kita untuk bisa masuk surga.
Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah mati tiga anak seseorang, lalu dia
merelakannya (karena Allah) kecuali dia rnasuk surga”. Seorang wanita bertanya:
“atau dua orang anak juga, wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab: “atau dua anak” (HR. Muslim).
Meskipun demikian,
sedih atas kematian anak tetap boleh dirasakan karena tidak mungkin rasanya
kematian anggota keluarga tanpa kesedihan, Rasulullah saw sendiri amat sedih
atas kematian anaknya, namun kesedihan yang tidak boleh berlebihan seperti
meratap.
Dalam suatu hadits dijelaskan: Anas ra berkata: Ketika
Rasulullah saw masuk melihat Ibrahim (puteranya) yang sedang menghembuskan
nafasnya yang terakhir, maka kedua mata Rasulullah saw bertinang-linang ketika
ia wafat, sehingga tampak air mata mengalir di muka beliau. Abdurrahman bin Auf
berkata: “Engkau demikianjuga ya Rasulullah?”. Jawab Nabi: “Sesungguhnya ini
sebagai tanda rahmat dan belas kasihan”, Lalu beliaubersabda: “Mata berlinang
dan hati merasa sedih, tapi kami tidak berkata kecuali yang diridhai Tuhan dan
kami sungguh berduka cita karena berpisah denganmu hai Ibrahim (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Di dalam hadits lain,
jaminan surga juga diberikan Allah swt kepada orang yang ridha menerima
kematian orang yang dicintainya dalam kehidupan di dunia ini.
Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda dalam hadits qudsi: “Tidak ada
pembalasan dari bagi seorang hamba-Ku yang percaya, jika Aku mengambil
kekasihnya di dunia, kemudian ia ridha dan berserah kepada-Ku, melainkan surga ” (HR. Bukhari).
12. Bersaksi Atas Kebenaran Al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan
kitab suci yang tidak perlu diragukan
lagi kebenarannya oleh setiap muslim,
namun kenyataan
menunjukkan tidak semua muslim mau bersaksi dalam arti
menjadi
pembela kebenaran Al-Qur’an dari orang yang
menentang dan meragukannya, bahkan
tidak sedikit muslim
yang akhimya larut dengan upaya kalangan non muslim yang
berusaha meragukan kebenaran mutlak Al-Qur’an.
Bersaksi atas kebenaran
Al-Qur’an juga harus ditunjukkan
dengan penyebaran nilai-nilainya dalam
kehidupan
masyarakat dan yang lebih penting lagi adalah kebenaran
Al-Qur’an itu
ditunjukkan dalam sikap dan prilakunya
sehari-hari.
Orang seperti inilah yang mendapat jaminan masuk surga
oleh Allah swt
sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: Dan apabila mereka
mende-ngarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata
mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka
ketahui (dari Kitab-Kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan Kami, Kami
telah beriman, Maka catatlah Kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas
kebenaran Al Ouran dan kenabian Muhammad saw). Mengapa Kami tidak akan beriman
kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada Kami, Padahal Kami sangat
ingin agar Tuhan Kami memasukkan Kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh
?”. Maka Allah memberi mereka pahala terhadap Perkataan yang mereka ucapkan,
(yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di
dalamnya, dan itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang
ikhlas keimanannya).(QS. Al-Maidah: 5]:
83-85).
13. Berbagi Kepada Orang Lain.
Banyak kebaikan yang
harus kita lakukan dalam hidup ini
sehingga kebaikan-kebaikan yang kita
laksanakan itu
membuat kita menjadi manusia yang dirasakan manfaat
keberadaan
kita bagi orang lain sehingga apapun yang kita
miliki memberi manfaat yang
besar bagi orang lain apalagi
bila hal itu memang amat dibutuhkan oleh manusia.
Salah satunya adalah
bila seseorang memberikan binatang
ternak yang dimiliki seperti kambing untuk
kemudian
dinikmati susu-nya oleh banyak orang. Bila ini dilakukan,
jaminan
surga dijanjikan oleh Allah swt
Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah saw: “Empat puluh
kebaikan yang paling tinggi adalah pemberian seekor kambing yang diperah
susunya. Tidak seorangpun yang melakukan salah satu darinya dengan mengharapkan
pahala dan membenarkan apa yang dijanjikan karenanya, kecuali Allah
memasukkannya ke dalam surga ” (HR. Bukhari).
14. Hakim Yang Benar.
Dalam hidup ini banyak
sekali perkara antar manusia yang
harus diselesaikan secara hukum sehingga
diperlukan
pengadilan yang mampu memutuskan perkara secara adil,
untuk itu
diperlukan hakim yang adil dan bijaksana sehingga
ia bisa memutuskan perkara
dengan sebaik-baiknya. Bila
ada hakim yang baik, maka ia akan mendapat jaminan
bisa
masuk ke dalam surga.
Rasulullah saw bersabda: Hakim-hakim itu ada tiga golongan, dua
golongan di neraka dan satu golongan di surga: Orang yang mengetahui yang benar
lalu memutus dengannya, maka dia di surga. Orang yang memberikan keputusan kepada
orang-orang di atas kebodohan, maka dia itu di neraka dan orang yang mengetahui
yang benar lalu dia menyeleweng dalam memberikan keputusan, maka dia di neraka (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’l, Ibnu Majah dan
Hakim).
Oleh karena itu, ketika
seorang muslim menjadi hakim, maka ia harus menjadi hakim yang benar, yakni
hakim yang
tahu tentang kebenaran dan ia memutuskan perkara secara
benar.
Allah swt berfirman: Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab
kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan
apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, danjanganlah kamu menjadi penantang
(orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat (QS An Nisa [4]:105).
Mudahan-mudahan kita
termasuk orang yang mau berusaha untuk bisa masuk ke dalam surga.
Sumber : Khairu Ummah, Edisi 9, 12, dan
14 Tahun XVIII – Februari 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar